Aktual LineAktual LineAktual Line
  • Home
  • Kolom Sana-Sini
  • Hukum dan Kriminal
  • Pemerintahan
  • Peristiwa
  • Politik
  • Layanan Publik
Search
Technology
  • Lifestyle
  • Esai
  • Religi
  • Seni/Budaya
Health
Entertainment
  • Home
  • Kolom Sana-Sini
  • Hukum dan Kriminal
  • Pemerintahan
  • Peristiwa
  • Politik
  • Layanan Publik
© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Reading: Ziarah Mbah Moen
Share
Sign In
Notification Show More
Font ResizerAa
Aktual LineAktual Line
Font ResizerAa
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom Sana-Sini
  • Hukum dan Kriminal
  • Pemerintahan
Search
  • Peristiwa
  • Politik
  • Sosial
  • Esai
  • Infrastruktur
  • Religi
  • Literasi
  • Layanan Publik
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Esai

Ziarah Mbah Moen

Aktual Line
Last updated: 27/04/2025 18:58
Aktual Line
Share
7 Min Read
Purnomo, dalam perjalanan Umrah, April 2025


Oleh: Purnomo*

Sejak saya berangkat ke Tanah Suci, salah satu hal yang selalu menjadi keinginan saya dan selalu menjadi angan-angan adalah berziarah ke makam Mbah Maimoen Zubair.

Hari kedua sejak saya belum berhasil mencium Hajar Aswad, kebiasaan sholat jamaah lima waktu selalu saya rutinkan. Kebetulan penginapan saya berada di Misfalah, sekitar 10 menit menuju pelataran Masjidil Haram. Penginapan saya sebagaimana hotel standar lainnya di kawasan ini. Tentu saja tak semewah jika dibanding dengan hotel-hotel di area Zamzam Tower.

Setelah jamaah dhuhur, saya bersiap untuk berziarah ke situs-situs keluarga Nabi SAW di sekitar Masjidil Haram. Titik kumpul yang disepakati rombongan kami adalah di WC 6.

Setelah semua berkumpul, kita mulai berjalan ke arah kanan dari WC 6; menuju rumah Sayyidah Khodijah. Kurang lebih 20 menit perjalanan, sampailah kami di lokasi dimaksud. Lokasi ini juga sekaligus rumah Sayyidah Fatimah, putri Nabi SAW dari pernikahan dengan Sayyidah Khodijah.

Awalnya, saya mengira rumah Sayyidah Khodijah itu seperti halnya peninggalan rumah tua, atau bangunan cagar budaya seperti di Indonesia. Bayangan saya, mungkin kira-kira masih ada sisa-sisa puing maupun tembok peninggalan rumah beliau.

Ternyata, saat di lokasi, yang dimaksud “rumah” itu hanyalah sebuah area yang diberi police line segi lima. Area inilah yang dulunya terletak rumah Sayyidah Khodijah. Di area ini, kontur tanahnya tidak rata; berbeda dengan kontur tanah di sekitarnya. Konon, sudah berkali-kali alat berat digunakan untuk meratakan tanah di lokasi ini. Namun, tidak satupun jenis alat berat yang dapat meratakan tanahnya. Subhanallah.

Menjelang sore hari, kita masih berjalan menuju beberapa lokasi lain. Di antaranya melewati bekas rumah Abu Lahab. “Sudah tahu kan siapa Abu Lahab?” ujar sang muthowif yang mendampingi kami.

Saat ini, bekas rumah Abu Lahab itu menjadi bangunan WC. Tentu salah satu WC dari sejumlah WC lain yang ada di sekitar Masjidil Haram. Bekas rumah Abu Lahab yang menjadi bangunan WC  ini entah kebetulan atau seperti apa, kami segenap rombongan tidak ada yang memahami cerita di balik itu. Tidak ada penjelasan juga dari muthowif kami.

Jam sudah menunjukkan setengah lima sore. Sepertinya perjalanan masih panjang. Dalam hati saya berharap, semoga keinginan berziarah ke makam Mbah Moen bisa tetap kesampaian. Begitu besarnya keinginan ke makam Mbah Moen, saya bahkan tidak terlalu fokus mendengarkan penjelasan muthowif yang bercerita tentang Masjid At-Tiin, Jabal Khondamah, dan lain-lain.

Hati dan pikiran ini ingin segera cepat-cepat ke Ma’la, tempat Mbah Moen disemayamkan. Saya takut jam kunjungan masuknya tidak nutut. Ingatan tentang Mbah Moen dan sejarah kisah hidup beliau menambah daya tarik agar segera bisa ziarah ke makam beliau.

Saya memang belum pernah sowan langsung serta bertatap muka saat beliau masih sugeng. Namun, guru saya, Gus Munib, adalah murid Mbah Moen. Sehingga, saya menganggap diri saya juga secara tidak langsung santri Mbah Moen, karena faktor Gus Munib ini.

Saya mengenal cerita tentang Mbah Moen dari Gus Munib. Selama saya membersamai Gus Munib, pasti selalu ada petuah dan nasehat-nasehat Mbah Moen yang disampaikan Gus Munib ke saya. “Mbah Moen itu selalu menjamu tamunya dengan apa yang beliau punya Pur,” ujar Gus Munib suatu waktu saat menemani beliau di Jakarta.

Belum lagi cerita-cerita ala pesantren. Misalnya cerita tentang santri Mbah Moen bernama Osama. Si Osama ini mondok, namun dianggap gagal karena selama di pondok terlalu sering ngopi. Saat pulang dari pondok, Osama pun membuka warung kopi. Sampai sekarang, kopinya menjadi rujukan para pecinta kopi di Banyuwangi. Bahkan, di Tanah Osing, Osama dikenal sebagai maestro kopi. Nama sekaligus kedainya cukup populer di Banyuwangi. Kira-kira, itu akibat mendapat keberkahan dari sang guru, yakni Mbah Moen.

“Pak Pur, ayo kita ke Ma’la,” ujar sang muthowif yang dikenal orang dekat Mbah Moen. Panggilan ini membuyarkan lamunanku sedari tadi. “Jalan kaki 10 menit sampai,” ujarnya.

Saat tiba di pintu masuk makam, hanya laki-laki yang diperbolehkan masuk.

Anggota rombongan kami yang perempuan pun akhirnya hanya bisa menunggu di luar makam.

Segera saya masuk, berdua dengan muthowif tadi. “Assalamualaikum ya ahlal qubur,” kami mengucap salam sambil menaiki mobil pengantar ke makam. Si sopir menyambut kami, sambil bertanya: “ilaa ain (mau ke mana)?”

Kami sampaikan hendak ke makam Mbah Moen. “Aroftu (saya tahu),” ujar sopir. Naiklah kami berdua ke mobil pengantar. Sekitar lima menit, kami tiba di makam dimaksud. Ternyata di makam Mbah Moen sudah ada peziarah dari Indonesia.

Ya. Banyak sekali jamaah umroh dari Indonesia yang pasti menyempatkan ziarah ke makam Mbah Moen. Setelah giliran kami, muthowif meminta saya melepas sandal saat menuju pesarean Mbah Moen, demi hormat beliau.

Sekali lagi, ingatan saya kembali Gus Munib. Saat ziarah ke makam Kiai As’ad Situbondo, Gus Munib pernah berujar agar tiap ke makam waliyullah melepas sandal. “Barangkali di antara jalan kita ini dulu para wali Allah juga lewat. Apa sih yang kita andalkan jika tidak ikut aulia’,” ujar Gus Munib. Saya merasa arahan muthowif ke saya soal melepas sandal ini nyambung dengan apa yang pernah dituturkan Gus Munib.

Kami duduk dan berdoa. Membaca tahlil, kemudian berdoa masing-masing. Hati ini plong rasanya dapat berziarah ke Mbah Moen. Kehadiran saya di makam Mbah Moen sore itu merupakan jam terakhir kunjungan. Kami adalah rombongan terakhir, dua orang terakhir yang berkesempatan sowan Mbah Moen, sebelum Ma’la ditutup kembali karena jam ziarah sudah usai. Alhamdulillah. (***)

*Penulis adalah kontraktor. Tinggal di Banyuwangi, Jawa Timur.

You Might Also Like

TNI-Polri di Banyuwangi Perkuat Kekompakan Lewat Olahraga Bersama di Puslatpurmar Lampon

OJK Gandeng Pemkab Banyuwangi, Ajak Warga Melek Keuangan Lewat Batik Festival

Workshop Perempuan Bersama Marifatul Kamila Ajak Masyarakat Peduli Kasus Kekerasan

Asdep Kemenko Kumham Apresiasi Layanan Hak Dasar di Lapas Banyuwangi

Polres Malang Masuk Lima Besar Kompolnas Award 2025, Bukti Komitmen Layanan Profesional

TAGGED: Aktual Line, Umrah, Ziarah Mbah Moen

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print
Previous Article Polwan Humanis, Kawal Ibadah Jumat di Banyuwangi
Next Article Desa Bayu dan YAN-LPSS Bersinergi Wujudkan Generasi Emas Bebas Narkoba di Banyuwangi
Leave a comment Leave a comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


- Advertisement -
Ad image

Latest News

TNI-Polri di Banyuwangi Perkuat Kekompakan Lewat Olahraga Bersama di Puslatpurmar Lampon
Berita 18/10/2025
Ribuan Warga Meriahkan BIK Run 2025, Sinergi Pemkab Banyuwangi dan OJK Dorong Literasi Keuangan
Olahraga 18/10/2025
OJK Gandeng Pemkab Banyuwangi, Ajak Warga Melek Keuangan Lewat Batik Festival
Lifestyle 18/10/2025
Wisuda ke-31 UNIIB, Wujud Konsistensi Kampus Mencetak Sarjana dan Magister Berkarakter Islami
Pendidikan 18/10/2025
  • Lifestyle
  • Esai
  • Religi
  • Seni/Budaya
  • Features
  • Sosial
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Opini
© 2024 - Aktual Line

Redaksi| PT. Media Aktual Line | www.aktualline.com

Halo

Masuk di akun anda

Lost your password?