PENDIDIKAN tidak hanya berfungsi sebagai sarana transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai wadah pembentukan karakter. Di era digital yang serba cepat ini, pendidikan karakter menjadi kebutuhan mendesak dalam membentuk generasi emas yang berintegritas, berdaya saing, dan memiliki nilai-nilai moral yang kuat.
Pendidikan karakter adalah proses menanamkan nilai-nilai etika, moral, dan sikap positif dalam diri peserta didik. Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, toleransi, dan kerja keras harus menjadi bagian integral dalam setiap pembelajaran. Tanpa pendidikan karakter, kemajuan teknologi hanya akan melahirkan generasi yang cerdas secara intelektual tetapi miskin moralitas.
Sekolah sebagai institusi pendidikan memiliki peran strategis dalam membangun karakter peserta didik. Melalui kegiatan ekstrakurikuler, pembelajaran berbasis proyek, dan lingkungan sekolah yang kondusif, peserta didik didorong untuk menerapkan nilai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari.
Era digital membawa tantangan baru dalam pendidikan karakter. Akses informasi yang tidak terbatas melalui internet dapat berdampak negatif jika tidak disertai dengan literasi digital yang baik. Konten negatif, berita palsu, dan cyberbullying menjadi ancaman bagi perkembangan karakter anak-anak dan remaja.
Oleh karena itu, pendidikan karakter harus diintegrasikan dengan literasi digital. Guru dan orang tua perlu membimbing anak-anak dalam menggunakan teknologi secara bijak, membangun kesadaran tentang etika digital, dan memperkuat kontrol diri dalam bersosialisasi di dunia maya.
Guru dan orang tua adalah role model utama dalam pembentukan karakter anak. Kolaborasi antara sekolah dan keluarga sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai positif. Melalui komunikasi yang intensif dan pendekatan yang penuh kasih sayang, anak-anak akan lebih mudah menyerap nilai-nilai moral dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, penting bagi guru untuk menerapkan metode pembelajaran yang aktif dan kreatif, seperti diskusi kelompok, studi kasus, dan simulasi. Metode ini tidak hanya meningkatkan pemahaman akademik, tetapi juga melatih keterampilan sosial dan empati peserta didik.
Generasi emas Indonesia pada tahun 2045 diharapkan menjadi generasi yang cerdas, kreatif, dan berkarakter kuat. Pendidikan karakter yang berkelanjutan menjadi kunci dalam mewujudkan cita-cita tersebut. Dengan menanamkan nilai-nilai moral sejak dini, diharapkan anak-anak akan tumbuh menjadi individu yang mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa.
Pendidikan karakter merupakan investasi jangka panjang dalam membangun generasi emas di era digital. Sinergi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan karakter anak. Dengan pendidikan karakter yang kuat, Indonesia akan melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki moralitas dan integritas yang tinggi.
Ditulis oleh: Ahmad Khoironi. Pemerhati pendidikan, tinggal di Jember Jawa Timur.