Aktual LineAktual LineAktual Line
  • Home
  • Kolom Sana-Sini
  • Hukum dan Kriminal
  • Pemerintahan
  • Peristiwa
  • Politik
  • Layanan Publik
Search
Technology
  • Lifestyle
  • Esai
  • Religi
  • Seni/Budaya
Health
Entertainment
  • Home
  • Kolom Sana-Sini
  • Hukum dan Kriminal
  • Pemerintahan
  • Peristiwa
  • Politik
  • Layanan Publik
© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Reading: Perayaan Agustus dan Alarm Sosial untuk Kesehatan Lingkungan
Share
Sign In
Notification Show More
Font ResizerAa
Aktual LineAktual Line
Font ResizerAa
  • Home
  • Berita
  • Nasional
  • Kolom Sana-Sini
  • Hukum dan Kriminal
  • Pemerintahan
Search
  • Peristiwa
  • Politik
  • Sosial
  • Esai
  • Infrastruktur
  • Religi
  • Literasi
  • Layanan Publik
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Opini

Perayaan Agustus dan Alarm Sosial untuk Kesehatan Lingkungan

Aktual Line
Last updated: 05/08/2025 09:58
Aktual Line
Share
3 Min Read
Yusrir Ridlo AH

Oleh: Yusrir Ridlo AH (Relawan Forum Anak Banyuwangi)

MEMASUKI bulan Agustus, semarak perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia memenuhi sudut kampung melalui lomba-lomba dan pertunjukan rakyat. Namun, bersamaan dengan kegembiraan itu, volume sampah—terutama plastik sisa makanan dan minuman kemasan—mengundang perhatian. Fenomena ini mencerminkan bukan hanya persoalan kebersihan teknis, tetapi juga kegagalan dalam literasi lingkungan dan pembentukan perilaku sosial yang bertanggung jawab.

Thomas McKeown—dokter dan epidemiolog—menyatakan bahwa turunnya angka kematian akibat penyakit menular pada abad ke-20 terjadi jauh sebelum terbukanya era antibiotik. Itu karena faktor sosial seperti kebersihan lingkungan, kualitas makanan, dan perbaikan kondisi hidup yang lebih berpengaruh daripada penemuan medis modern.

Perbaikan gizi, hunian layak, lingkungan bersih, pendidikan merata, dan distribusi ekonomi yang berkeadilan adalah fondasi bagi kesehatan masyarakat. Tanpa kesadaran kolektif menjaga kebersihan dalam keramaian publik, intervensi sosial sistematis sangat diperlukan. Perayaan kemerdekaan bisa menjadi momentum edukasi publik dengan menjadikan masyarakat—terutama anak muda—sebagai agen perubahan sosial.

Di Indonesia, situasi seperti isu stunting, penyakit menular yang muncul kembali, serta tingginya angka kematian ibu dan anak menuntut solusi lebih dari sekadar fasilitas medis. Intervensi sosial seperti distribusi pangan bergizi, sanitasi dasar, dan akses pendidikan sangat esensial. Sosiologi kesehatan melihat penyakit bukan hanya dari aspek klinis, tapi juga akar sosial yang mendasarinya.

Secara historis, nenek moyang kita hidup sehat dengan memanfaatkan rempah-rempah lokal (jahe, kunyit, kencur, sereh, daun sirih) sebagai gaya hidup dan pengobatan. Mereka membangun sistem kesehatan berbasis kearifan lokal yang kuat dengan prinsip “obat sakitmu ada di sekitarmu.”

Penelitian di Amerika Serikat dan Australia memperkuat temuan ini: penurunan angka kematian terjadi sebelum pengobatan modern tersedia. Faktor sosial seperti hunian berkualitas, akses pangan bergizi, sanitasi layak, dan pendidikan kesehatan lebih berkontribusi daripada teknologi medis semata.

Sebagai sarjana kesehatan masyarakat, pendidikan ini wajib jadi dasar untuk merancang intervensi sosial. Kesehatan masyarakat bukan hanya soal fasilitas medis, tapi juga memperbaiki fondasi sosial.

Contoh intervensi berbasis komunitas saat Agustusan:

Pasar Murah Pangan Sehat: Menjual bahan pangan lokal bergizi dengan harga terjangkau di tingkat RT/RW atau desa.

Lomba Kampung Sehat dan Bersih: Penilaian berdasarkan kebersihan lingkungan, saluran air, dan inovasi sanitasi lokal.

Pojok Edukasi Kesehatan dan Gizi Anak: Anak belajar cuci tangan, sarapan sehat, dan gizi seimbang lewat lomba mewarnai atau kuis.

Kelas Singkat untuk Orang Tua dan Remaja: Edukasi ringan tentang kebersihan rumah, gizi keluarga, dan pengasuhan, oleh bidan desa, kader kesehatan, atau guru.

Simpul Solidaritas Sosial: Posko gotong royong untuk mengidentifikasi warga perlu bantuan (lansia terlantar, anak putus sekolah, penderita kronis), serta memberi bantuan bahan pokok, pendampingan belajar, dan layanan antar jemput ke Puskesmas.

Rangkaian sederhana ini menunjukkan pendekatan sosiologi kesehatan: melihat kesehatan sebagai cerminan kondisi sosial masyarakat, bukan hanya persoalan medis. (*)

You Might Also Like

Hadapi TKD, Eksekutif dan Legislatif Wajib Seirama dan Turunkan Ego Sektoral

Resiko Menjadi Bupati Ipuk Fiestiandani

Tuntutan Persoalan Pajak Terpenuhi, Masyarakat Tak Perlu Turut Ikut Aksi

Pati dan Banyuwangi yang Berbeda

Masyarakat Menyerukan Aksi, Bupati Terus Bekerja untuk Mengabdi

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link Print
Previous Article Polres Blitar Kota Sosialisasikan Bahaya Bullying ke Para Pelajar
Next Article Dukung Generasi Sehat, DPR RI dan BGN Sosialisasikan Program MBG di Banyuwangi
Leave a comment Leave a comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


- Advertisement -
Ad image

Latest News

TNI-Polri di Banyuwangi Perkuat Kekompakan Lewat Olahraga Bersama di Puslatpurmar Lampon
Berita 18/10/2025
Ribuan Warga Meriahkan BIK Run 2025, Sinergi Pemkab Banyuwangi dan OJK Dorong Literasi Keuangan
Olahraga 18/10/2025
OJK Gandeng Pemkab Banyuwangi, Ajak Warga Melek Keuangan Lewat Batik Festival
Lifestyle 18/10/2025
Wisuda ke-31 UNIIB, Wujud Konsistensi Kampus Mencetak Sarjana dan Magister Berkarakter Islami
Pendidikan 18/10/2025
  • Lifestyle
  • Esai
  • Religi
  • Seni/Budaya
  • Features
  • Sosial
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Opini
© 2024 - Aktual Line

Redaksi| PT. Media Aktual Line | www.aktualline.com

Halo

Masuk di akun anda

Lost your password?